Resensi Novel Hujan Karya Tere Liye
RESENSI
NOVEL HUJAN
Judul
Buku : HUJAN
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama
Kota Terbit : Jakarta
Terbit : Januari
2016
Desain Cover : Orkha
Creative
Tebal Halaman : 320
halaman (20 cm)
Ukuran : 13,5 x 20 cm
ISBN : 978-602-03-2478-4
Berat Buku : 500 gram
Sinopsis Novel Hujan Karya Tere Liye
Buku ini menceritakan kisah cinta
dan perjuangan hidup seorang gadis bernama Lail. Saat usianya baru menginjak 13
tahun ia harus menjadi yatim piatu. Pada hari pertamanya sekolah, bencana gunug
meletus dan gempa dahsyat telah menghancurkan kota tempat tinggalnya dan membunuh
ibu serta ayahnya. Letusan gunung api purba yang melebihi letusan gunung api
Tambora dan gunung Krakatau. Beruntung ia diselamatkan oleh seorang anak
berusia 15 tahun bernama Esok, ibu Esok tidak meninggal namun kedua kakinya
harus diamputasi.
Selama hampir satu tahun Lail dan
Esok tinggal di pengungsian, mereka tidak terpisahkan, orang orang mengenal
Esok dan Lail. Mereka berdua juga membantu petugas pengungsian. Hingga akhirnya
pemerintah mengumumkan untuk menutup tempat pengungsian, hal ini membuat Esok
dan Lail terpisah. Lail akan tinggal di panti sosial sedangkan Esok ternyata di
adopsi oleh salah satu keluarga. Ternyata di panti sosial Lail mendat teman
sekamarnya yang ceria, lucu dan penuh semangat bernama Maryam, maryam memiliki
rambut kribo yang halus. Di panti sosial terdapat beberapa peraturan yang harus
dilaksanakan oleh Lail dan Maryam.
Lail terkadang rindu pada
Esok, hingga akhirya mereka memiliki jadwal pertemuan yang rutin, hanya sebulan
sekali, tetapi bagi Lail itu sudah lebih dari cukup. Mereka bertemu untuk berbagi
cerita aktivitas mereka masing masing. Sayangnya jadwal rutin itu harus berubah
saat Esok harus melanjutkan pendidikannya di Ibu Kota, mereka hanya bertemu
saat liburan semester saja. Lail menyibukan dirinya dengan aktivitas yang
bermanfaat. Lail dan Maryam mendaftar diri di organisasi relawan dan mereka
merupakan relawan termuda. Mereka juga mengukir prestasi salah satunya adalah
mereka ditempatkan di sektor 2, dimana terdapat dua kota kembar di hulu dan
hilir yang disahkan jarak 50 km. Saat itu benungan di hulu retak dan
apabila bendungan itu jebol akan menghancurkan dua kota kembar itu, hanya ada
satu cara mencapai hilir saat itu yaitu berlari cepat mungkin menerjang badai.
Mereka berdua berhasil memperingati kota itu dan jasa mereka ternyata membuat
mereka memperoleh penghargaan.
Kesibukannya membuat Lail mampu
mengalihkan rindumya. Esok selalu datang mengunjungi Lail dengan membawa sepeda
merah yang dulu saat bencana selalu mereka pakai lengkap dengan topi yang Lail
berikan. Esok datang tanpa terduga. Sayangnya intensitas pertemuan mereka semakin
jarang. Mereka hanya dapat bertemu satu tahun sekali itupun kalau Esok tidak
sibuk. Lail tidak pernah menghubungi Esok, dia kadang bertanya kabar Esok pada
ibunya dan Esok pun demikian. Dan ternyata keluarga yang mengadopsi Esok adalah
keluarga wali kota.
Singkat cerita, ternyata Esok
tengah mengerjakan sebuah kapal luar angkasa yang akan membawa penduduk bumi ke
luar angkasa untuk menhindari bencana yang lebih besar dari gunung meletus, bencana
itu adalah suhu bumi yang akan semakin lama semakin panas karena kerusakan
stratosfer yang diakibatkan oleh keegoisan manusia. Sejak bencana gunung
meletus, iklim di bumi tidak terkendali, para petinggi negara mengadakan KTT
untuk memecahkan hal ini, tetapi para petinggi negara sub tropis dan tropis
berlomba lomba mengirimkan pesawat ulang-aling untuk menyemprotkan gas anti
sulfur dioksida di lapisan stratosfer. Dalam jangka waktu yang singkat hal ini
membuat iklim berangsur pulih namun masalah baru muncul.
Kecerdasan Esok membuatnya terlibat
dalam proyek ini. Penduduk yang dapat pergi meninggalkan bumi juga tidak semua,
mereka dipilih secara acak. Sayangnya Esok memiliki dua tiket dalam kapal
tersebut, suatu ketika wali kota datang kepada Lail, memintanya untuk
memberikan tiket itu pada Claudia anak wali kota apabila Lail mendapat tiket
itu dari Esok. Terjadi kesalahpahaman dalam hal ini. Lail tumbuh dewasa dan ia
seperti mengerti dengan perasaannya. Lail membutuhkan kepastian Esok. Satu hari
sebelum pengumumam resmi dari pemerintah, Lail sama sekali belum mendapat kabar
dari Esok, perasaannya kalut. Hingga pada detik detik menjelang penerbangan
kapal ini, Lail justru memutuskan untuk masuk keruangan modifikasi ingatan.
Lail ingin menghilangkan semua bebannya, menghapusnya dari ingatannya. Esok
yang ternyata tengah menjalani proses pemindahan data hingga tak bisa
menghubungi Lail, tak dapat dihentikan proses operasi itu, sekalipun ia telah
membuat banyak teknologi canggih diseluruh dunia, Esok terlambat untuk mencegah
Lail melakukan hal itu. Esok tak ingin Lail melupakannya.
Namun akhirnya pada detik detik
terakhir, sebelum alat modifikasi itu bekerja lail memutuskan untuk memeluk
erat semua kenangan menyakitkannya. Benang merah yang menandakan kenangan menyakitkan
telah berubah menjadi benang berwarna biru. Lail tidak melupakan Esok. Hari itu
juga pemerintah mengumumkan penerbangan kapal luar angkasa itu, Lail dan Esok
tetap tinggal di bumi bersama-sama. Satu bulan kemudian mereka menikah. Elijah,
fasilitator Lail di ruang operasi mangeri bahwa bukan melupakan yang jadi
masalahnya tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa
melupakan, hidup bahagia. Tetapi jika dia tak bisa menerima, dia tak akan pernah
bisa melupakan.
Kelebihan Novel Hujan Karya Tere Liye
Novel Hujan karya Tere Liye ini sangat
menarik. Cerita didalamnya mempunyai plot-twist yang di luar dugaan yang
membuat pembaca larut dan penasaran untuk terus membacanya. Isi novel ini pun mudah dipahami oleh pembaca karena Bahasa yang
digunakan adalah bahasa yang sederhana sehingga pesan yang ada di dalam novel
ini dapat diterima sampai ke lubuk hati dan pikiran.
Kekurangan Novel Hujan Karya Tere Liye
Dalam novel Hujan, Tere Liye tidak menempatkan para tokoh di dalamnya untuk berdoa dan beribadah. Tidak ada satupun bahasa agama di dalam novel ini, semuanya hanya membicarakan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi. Tidak dijelaskan agama.
Dalam novel Hujan, Tere Liye tidak menempatkan para tokoh di dalamnya untuk berdoa dan beribadah. Tidak ada satupun bahasa agama di dalam novel ini, semuanya hanya membicarakan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi. Tidak dijelaskan agama.
http://uny.ac.id
http://library.uny.ac.id
https://journal.uny.ac.id
Ini ada berapa bab ya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSok atuh di baca
Hapus