FULL DAY SCHOOL, ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN
Lembaga pendidikan diyakini sebagai lembaga
yang dapat mencetak generasi muda yang maju dan berkembang di dalam kehidupan
nyata. Dengan bantuan pendidikan, setiap individu diharapkan bisa maju,
mendapatkan pekerjaan, dan hidup yang pantas. Sistem Full Day School yang diselenggarakan berdasarkan kurikulum
Kemendiknas dan Kemenag pun muncul di lembaga pendidikan. Full Day School, yang berarti kegiatan sehari penuh di sekolah,
proses pembelajarannya diberlakukan dari
pagi sampai sore, sekitar pukul 06.45 – 17.00 bahkan ada yang selama kurang
lebih 24 jam.
Alasan banyak sekolah yang menganut sistem Full Day School yaitu adanya orangtua
yang ingin anaknya selalu diawasi, orangtua yang memiliki tuntutan kerja
sehingga tidak bisa menemani anaknya, serta keinginan orangtua agar anak
mendapatkan sarana belajar dan mengembangkan potensi diri.
Namun, bagaimana soal kualitas pendidikan
sistem Full Day School? Apakah memang
benar-benar baik?
Harapan dari
Full Day School
Saat ini, kita tidak jarang menemui penyimpangan-penyimpangan
yang dilakukan oleh kaum pelajar, seperti minum minuman keras, tawuran, mengonsumsi
obat-obat yang terlarang, seks bebas, dan masih banyak lagi. Nah, dengan
melihat hal tersebut, harapan dari sistem Full
Day School yaitu ingin memberikan sebuah kontrol, pembinaan, dan bimbingan
oleh guru maupun orangtua kepada siswa sehingga dapat membentuk pribadi yang mengenal
potensi diri dan lingkungannya. Full Day School juga ingin memberikan sebuah
pendidikan karakter, supaya anak didiknya dapat mempunyai sifat yang tangguh,
kompetitif, bermoral, bertoleran, dan berjiwa patriotik, yang didasari dengan
iman kepada Tuhan yang Maha Esa. Selain itu, dengan lamanya proses pembelajaran
di sekolah, harapannya siswa dapat banyak belajar daripada bermain sehingga tingkat produktivitas
tinggi, serta terwujudnya intensifikasi dan efektivitas proses
edukasi sehingga siswa lebih mudah diarahkan dan dibentuk sesuai dengan misi
dan orientasi lembaga bersangkutan, sebab aktivitas siswa lebih mudah terpantau
karena sejak awal sudah diarahkan.
Sedangkan, menurut
saya, sistem Full Day School ini perlu
dikaji ulang. Kenapa? Hal ini dikarenakan waktu pembelajaran di sekolah yang
terlampau panjang dan padat membuat waktu istirahat siswa menjadi lebih
singkat. Bahkan, siswa ada yang kerap stres dan kelelahan, apalagi kalau masih
harus mengerjakan banyak tugas dan belajar untuk ulangan harian, seakan-akan
otaknya diperas untuk terus belajar. Kemudian, rasa jenuh pun muncul pada diri
siswa. Lembaga pendidikan seharusnya tau, kualitas adalah hal yang utama, bukan
kuantitas. Mereka juga butuh space
untuk mengembangkan diri dan bersosialisasi di lingkungan luar sekolah dan di
rumahnya sendiri.
Lalu, harapan lain dari pelaksanaan sistem Full Day School ini yaitu orangtua yang
sibuk bekerja dapat mencegah dan menetralisir kemungkinan dari
kegiatan-kegiatan anak yang menjerumus pada kegiatan yang negatif karena tugasnya
dalam mendidik dan membimbing anak dialihkan kepada pihak sekolah. Padahal,
fungsi sekolah adalah hanya sebagai pendamping untuk pengembangan kemampuan
anak, sedangkan peran utama dalam pengawasan dan pendidikan anak merupakan
kewajiban orangtua. Seharusnya, disini terdapat sebuah kolaborasi antara
sekolah dengan orangtua agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Bahkan, lingkungan masyarakat pun memiliki kewajiban untuk mencetak generasi
emas. Maka, tentu bukan solusi jika pendidikan anak hanya dititikberatkan pada
jam sekolah semata.
Kesimpulan
dan Saran
Menurut teori belajar Natural Unfoldmen/Self Actualization dari Maslow, belajar itu
berpusat pada kehendak, kesadaran, dan minat yang cukup dari dalam diri siswa.
Jadi, situasi dari dalam diri siswa, serta keinginan dan hasrat dari dalam
merupakan suatu yang penting dalam keberhasilan pembelajaran. Maka dari itu, Full Day School yang merupakan sekolah yang dalam pelaksanaan pembelajaran
dilakukan selama sehari penuh dari pagi hingga sore dengan sebagian waktunya
digunakan untuk pelajaran, membutuhkan
dorongan-dorongan dari penyelenggara maupun pelaksana supaya dapat berjalan
dengan efektif dan berjalan
lancar sesuai dengan peraturan yang ada.
Sistem ini harus terdapat perhatian dan
kesungguhan manajemen bagi pengelola, seperti pengaturan jadwal yang baik;
strategi pembelajaran yang baik, kreatif, informal, tidak kaku, tidak monoton, dan
menyenangkan bagi siswa; adanya proses belajar yang keluar dari kelas, seperti
di taman, di kantin sekolah, maupun di alam bebas; adanya tenaga pengajar yang terdiri
dari guru-guru bidang studi yang profesional; menggunakan kurikulum terpadu; memberikan
pembinaan prestasi non akademik melalui kegiatan ekstrakurikuler; memberikan
pengalaman belajar yang luas untuk siswa; serta memberikan fasilitas yang
menunjang tentang materi pembelajaran. Dalam pembuatan jadwal, pelajaran yang
dianggap sulit diharapkan diletakkan di jam pagi, sedangkan pelajaran yang dianggap mudah diletakkan di jam sore.
Hal ini dikarenakan siswa masih fresh
dan bersemangat di saat pagi hari sehingga siap untuk menerima pelajaran yang
sulit daripada di sore hari yang biasanya para siswa sudah lemas dan tidak
bersemangat. Kemudian, waktu istirahat juga harus diperhatikan. Istirahat harus
ada untuk siswa makan siang dan waktu untuk beribadah. Selain itu, tugas-tugas
yang diberikan oleh guru kepada siswa diharapkan tidak yang memberatkan siswa
dan bisa dikerjakan di saat jam sekolah sehingga ketika siswa sudah selesai
sekolah dapat quality time dengan keluarga
dan bisa beristirahat. Apabila pihak sekolah belum siap memenuhi hal-hal yang
telah saya sebutkan, seperti sarana dan prasarana serta SDM yang harus memadai,
lebih baik sistem Full Day School
jangan dulu diterapkan karena sistem ini membutuhkan kesiapan baik fisik, psikologis, maupun intelektual yang
bagus untuk menghasilkan output yang bagus pula.
Referensi
Farida,
N. (2010). Hubungan antara pelaksanaan pendidikan Full Day School
dengan perilaku sosial keagamaan di luar sekolah siswa SMP Muhammadiyah 12
Gresik (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Hasan,
N. (2006). Fullday school (model alternatif pembelajaran bahasa asing). Tadris:
jurnal pendidikan islam, 1(1).
Rosalina,
T. (2012). Pengaruh manajemen pembelajaran full day school terhadap motivasi
belajar. Manajemen Pendidikan, 23(6), 434-435.
Setiawan,
Benni. (2018). Dasar-Dasar Ilmu Sosial (Refleksi Menuju Aksi). Yogyakarta: UNY
Press.
Soapatty,
L., & Suwanda, T. (2014). Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Full Day
School) Terhadap Prestasi Akademik Siswa SMP Jati Agung Sidoarjo. Kajian
Moral dan Kewarganegaraan, 2(2), 717-733.
Thaib,
A. (2014). Strategi full day school dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas IX A di MTs Al-Bukhary Labuhan Sreseh Sampang (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Wicaksono,
A. G. (2018). Fenomena Full Day School dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Jurnal
Komunikasi Pendidikan, 1(1), 10-18.
Komentar
Posting Komentar